Freigeben über


Makna Imagine Cup Bagi Seorang Mahasiswa

Sekitar dua belas tahun yang lalu, Imagine Cup pertama kalinya terselenggara di Indonesia. Pada saat itu pendidikan Indonesia masih berorientasi pada "Traditional Education" (TE). Sebuah pola pendidikan yang didasarkan kurikulum dan pencapaian nilai. Sehingga ketertarikan terkait dengan kompetisi yang dikaitkan dengan proses pendidikan masih tidak memiliki benang merah. Keikutsertaan mahasiswa pun hanya sebatas 'iseng' ataupun 'kewajiban' dari kampus. Imagine Cup sudah bukan program baru di Microsoft, semenjak tahun 2003 sudah ada di dunia di Indonesia gairah tersebut sudah ada semenjak 2005, dan terus ada hingga saat ini.

Lalu apa makna Imagine Cup bagi Mahasiswa? Mari kita sama-sama garis bawahi dari satu sudut pandang saya yakni sudut pandang akademik. Akademik di era ini terdorong akan sebuah norma atau kaidah karir professional dalam proses pendidikan yang terstruktur. Salah satu kaidah internasional yang dipegang oleh kampus-kampus modern saat ini termasuk di Indonesia adalah 'outcome based education' atau kita kenal dengan OBE. Outcome based education menggeser paradigma dosen mengajar untuk menghasilkan lulusan cerdas secara intelektual menjadi ke paradigma proses pendidikan yang membentuk manusia secara seutuhnya dan berkelanjutan istilah kerennya adalah life-long learning, continuous improvement, atau Kaizen. Konsep ini jika disandingkan dengan konsep application lifecycle management hampir mirip dengan konsep DevOps. Pada OBE, setiap program studi akan memiliki PEO (Program Educational Objective), POE adalah desain cetak biru seorang mahasiswa lima tahun yang akan datang setelah lima tahun setelah dia lulus, Anda bayangkan lima tahun setelah seorang mahasiswa menjadi alumni!. Artinya apa? Artinya bukanlah indeks prestasi atau GPA yang hanya dipikirkan tetapi 'kesiapan' mahasiswa dalam kancah karir profesi menjadi pertimbangan institusi akademik saat ini. Konsep ini tentu selaras dengan SKKNI (Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang saat ini sudah memiliki jenjang atau level kompetensi. Level kompetensi ini secara riil akan dituangkan dalam kurikulum, nilai transkrip ijazah, dan juga SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah) menurut Permen yang berlaku.

Entah apakah sebuah kebetulan atau memang sudah terencana dengan matang, Microsoft sendiri memiliki apa yang disebut dengan platform Imagine. Platform Imagine sebenarnya istilah penulis pribadi untuk menandakan bahwa Microsoft memiliki perhatian yang cukup tinggi dengan higher-ed melalui serangkaian program yang ada dalam Microsoft Imagine, mari kita bahas satu demi saty

  1. Imagine Software Catalog. Dahulu bernama MSDNAA, kemudian bernama DreamSpark, dan sekarang bernama Imagine Software Catalog. Jika Anda berkuliah di program studi STEM (Science Technology Engineering Math), maka mencari software adalah sesuatu yang sulit di masa-masa awal menjadi mahasiswa. Melalui Imagine Software Catalog Anda akan terbantu dengan disediakan banyak software dan services seperti Azure dan Office 365 untuk kebutuhan pendidikan dan penelitian. Hal yang sama juga terjadi di level universitas melalui program OVS-ES (Open Value Subscription Education Solutions). Luarannya adalah Penelitian, pendidikan, dan kreativitas akan menjadi lebih produktif dengan biaya yang tidak terlalu tinggi atau bahkan gratis.
  2. Imagine Academy. Dahulu bernama IT Academy, ini adalah program yang didesain untuk mahasiswa atau bahkan staff untuk mempersiapkan diri dari sisi kompetensi profesi. Imagine Academy berisi kurikulum khas Microsoft yang dapat dipetakan dengan kurikulum program studi. Ia layaknya Lego® yang berisi buku bahan ajar, e-learning, dan juga berbagai teknis praktik pelaksanaan proses pendidikan berbasis OBE. Luarannya adalah mahasiswa memiliki kepercayaan diri melalui sertifikasi diberbagai jenjang dan kompetensi, memberikan bukti nyata ke-'siap-terapan' kita dalam menghadapi persaingan global ala MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dan sejenisnya. Informasi capaian sertifikasi ini tentu dapat dimasukkan ke portofolio dan SKPI seorang mahasiswa.
  3. Imagine Cup. Pada sudut pandang akademik, Imagine Cup dapat diklasifikasikan sebagai Capstone Project mahasiswa. Proyek Capstone didefinisikan sebagai akumulatif kemampuan baik hard-skill dan soft-skill mahasiswa yang memenuhi kriteria pendidikan berbasis life-long learning. Ini menunjukkan bagaimana seorang mahasiswa dapat bekerja bersama, berkomunikasi, peka terhadap masyarakat sekitar, hingga menerapkan impian mereka di dunia nyata melalui teknologi. Luarannya adalah sebuah mental mahasiswa yang siap dalam menghadapi dunia paska kuliah dan menjadi proses pembentukan karakter lulusan yang baik.

Jadi jika kamu mahasiswa, maka ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan bukan sebagai seorang juara, bukan sebagai seorang peserta yang ingin membesarkan nama kampus, tetapi untuk membentuk mental seorang mahasiswa yang menjadi agen perubahan di Indonesia, seorang mahasiswa yang memiliki 'good attitude', serta seorang mahasiswa yang membentuk 'jadi diri' seorang professional engineer masa yang akan datang. Tidak ada pengelaman terbaik dan tidak terlupakan dibanding mengikuti imagine cup, dan ini akan menjadi fondasi karir Anda menuju apa yang kita semua dambakan, selamat berjuang…selamat berinovasi untuk Indonesia

 

Salam,

@ridife - Microsoft MVP, MCT, MCE, MCSE